Sunday, June 30, 2024

The Biggest Monastary in Tibet - Drepung Monastary & Sera Monastary | Lhasa, Tibet

Katanya kalau mau coba ada altitude sickness or ngga, pas pesawat mendarat masuk ke airport udah langsung berasa tapi ada yang bilang juga baru berasa beberapa jam setelah sampai hotel, ya anyway aku gak berasa apa - apa pas sampai cuman detak jantung lebih kenceng aja dan sekali jalan cepet langsung ngos - ngos-an. 

Welcome to Gongga Airport 貢嘎機場 yang sesuai cerita aku di post sebelumnya cuman ada domestic flight dan ini airport kerjasama dengan military jadi ya gak boleh sembarang foto dan banyak polisi militer disini. 

Jarak dari Gongga Airport ke kota Lhasa sendiri 65km dannnn waktu landing itu pesawat-nya di tengah - tengah gunung bagus dan ajib banget deh beneran. Pokoknya begitu mendarat di airport aja udah beneran langsung suka sama Tibet gak salah jadiin salah satu wishlist. 


Karena ini summer jadi daytime disini panjang, jam 7 pagi-an matahari udah terbit dan gelap lagi jam 9 malam jadi beneran gak berasa malamnya dan toko disekitar juga buka sampai malam kayak toko minuman gitu kata mbaknya buka sampai jam 12.30 malam midnight aslek. 

Untuk Lhasa sendiri lebih banyak yang dikunjungi adalah monestary dan Potala palace yang terkenal itu. Mayoritas Tibetan adalah Buddhis dan kalau mereka sendiri menganggap Budha bukan agama tapi ajaran untuk kehidupan. 

Makanan khas Tibet adalah : 

  1. Butter Tea 酥油茶 — garam, butter, dan teh di campur, teh-nya tawar dan cair banget tapi kalau Tibetan minum ini biar sisa butter-nya melembabkan bibir juga
  2. Sweet Tea 甜茶 — nah ini lebih mirip milk tea campuran susu, teh, dan gula diminum panas, intinya di Tibet minuman khas-nya semua panas karena disini cuaca cenderung dingin kali ya 
  3. Tsampa 糌粑(zanba) — ini campuran dari tepung barley + butter tea lalu di aduk sampai jadi adonan bisa juga ditambah gula biar ada manis - manis-nya or dry cheese, tapi aku pas cobain sih gak cocok ya kayak makan adonan mentah haha, nah ini common banget buat Tibetan macam breakfast mereka gitu  
  4. Anything related with yak — daging yang common disini adalah daging yak, taste wise lebih dry & keras dari sapi hemmm 好柴的肉肉

Katanya 10 tahun yang lalu Lhasa itu kalau udah jam 3 sore gak ada yang bisa pakai tshirt aja karena langsung dingin jadi perbedaan suhu-nya besar tapi sejak global warming jadi lebih manusiawi suhu-nya hmm jadi bingung harus seneng tapi ini karena global warming hemmm

Sebenarnya Tibet itu lumayan multi-cultural, banyak makanan chinese 內陸terutama 四川karena banyak orang sichuan yang merantau ke Tibet katanya, lalu ada indian or nepali food juga, tapi aku lebih banyak cobain makanan Tibet or chinese food-nya sih. 

Itinerary tiap harinya pun untuk hari 1 & 2 gak padat tapi lumayan full dan juga kan masih adaptasi sama altitude ya jadi kalau terlalu padat yang ada badan ini gak sanggup hehe. Well, lets start to explore Lhasa! 

Drepung Monastary 哲蚌寺

Apa bedanya monastary & temple, bedanya adalah monastary tempat dimana monk sekolah tentang Buddhis tapi kalau temple cuman untuk tempat orang datang sembahyang udah pulang. Nah Drepung Monastary adalah salah 1 dari 3 great three Gelug University dan merupakan monastary terbesar di Tibet. Jarak dari kota Lhasa sekitar 5 km terletak di Gambo Utse Mountain. 

Founded in 1416 dan penah sampai 10,000 monks in total menempati Drepung Monastary ini kalau sekarang sisa 600-an monks aja. Indah banget sih pas kesini karena kayak di bukit lalu suasana-nya hening dan tenang tapi katanya rame kalo di acara - acara besar Tibet. 

hal yang paling aku suka di Tibet adalah sejauh mata memandang pasti gunung love bgt


Kebanyakan monastary di Tibet itu gak boleh foto dalamnya jadi emang beneran waktu untuk menikmati indahnya budaya dan keseharian para monk. Kayak kalian bisa liat warlok yang kesini akan sembayang itu dengan menyentuhkan forehead (jidad)-nya ke bagian sakral monestary seperti di bagian altar, pintu, atau di bendera - bendera katanya mereka percaya setiap bagian monestary itu ada energy positif-nya jadi mau menerima energy itu dengan cara tempelin jidad.




Disini kalian juga bisa liat ada monk yang duduk di pojokan dengan uang kecil lalu warlok tukerin uang ke mereka, tujuannya adalah uang kecil itu bisa diselipin ke masing - masing bagian monestary kayak persembahan gitu.

Juga ada yang bawa - bawa termos, isinya wax cair, gunanya buat nambahin minyak di lilin biar lilin-nya tetap terjaga. Katanya dulu pada pakai butter dari dri (female version of yak, banyak yang salah kaprah, kalo yak itu sebutan untuk jantan, kalo dri untuk betina tapi karena lebih terkenal nama yak dan pada ga harfiah sama nama dri kalo ditulis dri nanti orang bingung jadilah dibuat yak butter) —- nah kenapa sekarang pakai wax dari India karena semakin banyak demand tapi dri gak sebanyak itu dan mahal juga jadilah dipakai substitute yaitu wax. Kenapa cair, karena gampang di tuang dikit - dikit ada juga sih yang masih solid kayak mentega gitu jadi butuh sendok buat taro di bawah lilin-nya.  




Di dalam monestary itu selalu ada aula dan Dalai Lama throne, jadi aula itu selalu ada tempat duduk yang lebih tinggi which is throne-nya Dalai Lama dimana dia sebagai guru akan mengajar disana. Nah kenapa Drepung Monestary terkenal karena dulu sebelum ada Potala Palace, ini adalah tempat dimana Dalai Lama stay. 

Tipikal tangga di monestary harus mengerahkan tangan dan kaki untuk naik agar aman :)

Drepung ini luas banget ada dormitory para monks juga kitchen. Nah kita ke bagian kitchen-nya itu kalo liat alat masak-nya semua bagong - bagong karena dulu masak untuk 10rebu monks nah sekarang hanya 600 monks aja dan cuman disediakan untuk breakfast, untuk lunch & dinner masing - masing monks akan masuk ke dorm-nya untuk prepare sendiri. 







Monk disini di support dari perkumpulan monks Tibet jadi dana-nya ada dari uang tour yang para tourist bayar sebagian buat para monk, dari sumbangan sukarela, dan dari monestary. 

Tapi emang selama ke monestary di Tibet gak ada yang mewajibkan untuk persembahan karena katanya dalam culture Tibet hati lebih penting jadi kalau emang ada kemampuan untuk nyumbang boleh, gak juga gak apa. 


Disini kalau lagi Sho Dun Festival or disebut Youghurt Festival bakalan ramai banget dari subuh dan ada tangka paint yang akan dipajang sebesar gaban, biasanya di 30 Jun - 15 Jul dalam kalendar lunar. 

itu tempat tanka paint-nya

Kalau kesini pas lunch time kalian bisa makan di kantin-nya juga, lumayan local vibes dan cozy buat ngobs karena uda cape naik turun tangga. 

yang di thermos itu milk tea-nya 甜茶 RMB 5 per termos kecil itu dan minumnya pake gelas mini

Kalo local suka duduk di luar sini terus cuman minum teh aja

Ini beberapa personal items yang aku rekomen wajib dibawa pas ke Tibet : 

  • Sunscreen face & body : matahari terik banget booo dan karena high altitude UV lebih tajam ya keknya
  • Lotion : karena kering disini jadi kulit pun kering
  • Lip balm : cuaca kering bibir kering 
  • Sunglases : aku sendiri emang biasa pake dan pas disini walaupun gak berasa hawa panasnya tapi asal udah terik kalau liat terik tanpa sunglases mata langsung perih 
  • Payung : Antisipasi hujan biar gak sakit kehujanan
  • Air minum (bawa botol minum) : Keep hydrated 
  • Topi sih opsional karena aku juga gak pake karena kalo mau masuk ke dalam monestary harus lepas jadi agak ribet menurutku


Sera Monestary 色拉寺

Nah selesai dari Drepung kita ke Sera, kalau Sera ini menurutku lebih banyak gambaran tentang cerita kehidupan kayak ada lukisan tentang nirwana yang diceritakan kalau manusia itu banyak keinginan duniawi-nya maka ada ajaran tentang hukum karma dan sebagainya. 


Sera Monestary founded by Jamchen Choje Shakya Yesh di tahun 1419 yang adalah pengikut aliran Tsongkhapa. Disini ada 1 aula serbaguna yang besar, 3 colleges, dan 33 bangunan rumah. Total luasnya 114,964 meter persegi dan merupakan monestary terbesar kedua di Tibet setelah Drepung


my fav pic of the trip. suka banget sama segala perpaduan di foto ini kayak tenang damai dan gunungnya tuh kayak uwaw

ini tiang di gantung buntut yak, juga bawahnya ada selendang yang orang - orang gantung

Kalau menurut Buddhis, Buddha itu bukan agama sebenarnya tapi ajaran tentang kehidupan gimana biar gak duniawi, apa yang mereka pelajari yaitu hidup untuk kehidupan selanjutnya jadi kalau di kehidupan sekarang berbuat baik maka akan mendatangkan karma baik di kehidupan.

Yang spesial di Sera Monestary adalah Debate Monk 辯經 yang pasti kalau ikutin cerita Tibet udah tau ini apa cuman gatau mereka ngapain. Well, jadi ini adalah aktivitas sore para monk, dari yang muda sampai yang tua, apa yang mereka lakukan? Yaitu berdebat tentang pengetahuan masing - masing, yang duduk itu yang harus menjawab, yang berdiri yang memberikan pertanyaan. 

Kenapa debate? Karena kita harus selalu memastikan apa yang kita pikir benar itu sebeneranya benar gak jadi untuk menambah ilmu dan pengetahuan mereka bertukar pikiran disini. Yang kasih pertanyaan biasanya yang muda karena mereka haus akan ilmu, yang senior yang akan menjawab. 

Jadi yang kasi pertanyaan akan sebutin pertanyaan dia, ketika dia tepok kedua tangannya dengan salah satu telapak tangan terbuka di atas telapak tangan satunya berarti —> ayo jawab pertanyaan ini.

Kalau udah di jawab dan yang nanya tepok tangannya dengan salah satu telapak tangan tertutup di atas telapak tangan satunya berarti —> jawabannya kurang memuaskan, elaborate lagi 

Kalau jawaban-nya bagus makan yang nanya akan ngomong by verbal.

Seru ya, mungkin mengingatkan kita untuk gak selalu apa yang kita ngerti itu benar, butuh bertukar pikiran terus biar kita semakin tau banyak wawasan dan pikiran dari sudut pandang berbeda juga. 

Untuk bagian yang Debate Monk ini boleh difoto makanya aku ada banyak pic yang kusendiri suka tapi untuk bagian bangunan lain dalamnya itu gak boleh di foto. 












Kalau ke monastary gini paling suka juga liat walok yang datang untuk beribadah kayak hebat banget deh bisa se-sincere itu dan mereka juga baik - baik bisa senyum ke kita dan juga monk dari monastary lain yang kesini.



Walau cuman 2 monastary ya, percaya deh kayak udah lelah gitu pengen yang nyantai karena mungkin disini kurang oksigen jadi gampang ngos-ngos-an dan di monastary itu isinya tangga yang almost 90 derajat terus juga terik banget. 

Kalau warlok mungkin udah biasa karena faktor genetik dan juga semakin badan beradaptasi sama keadaan lingkungan semakin biasa aja tapi karena ini baru hari ke-2 di Tibet jadi masih berasa cape-nya. Lanjut di post selanjutnya kita akan explore Potala Palace, Jokhang Temple, dan Barkhor Street soalnya kalo digabung sini jadi kek panjang banget post-nya jadi kupisah aja. Beneran sih cerita Tibet gak bisa pendek karena terlalu banyak yang  bisa dishare haha. 





No comments:

Post a Comment

Leave comment down below :)