Sunday, June 30, 2024

The Biggest Monastary in Tibet - Drepung Monastary & Sera Monastary | Lhasa, Tibet

Katanya kalau mau coba ada altitude sickness or ngga, pas pesawat mendarat masuk ke airport udah langsung berasa tapi ada yang bilang juga baru berasa beberapa jam setelah sampai hotel, ya anyway aku gak berasa apa - apa pas sampai cuman detak jantung lebih kenceng aja dan sekali jalan cepet langsung ngos - ngos-an. 

Welcome to Gongga Airport 貢嘎機場 yang sesuai cerita aku di post sebelumnya cuman ada domestic flight dan ini airport kerjasama dengan military jadi ya gak boleh sembarang foto dan banyak polisi militer disini. 

Jarak dari Gongga Airport ke kota Lhasa sendiri 65km dannnn waktu landing itu pesawat-nya di tengah - tengah gunung bagus dan ajib banget deh beneran. Pokoknya begitu mendarat di airport aja udah beneran langsung suka sama Tibet gak salah jadiin salah satu wishlist. 


Karena ini summer jadi daytime disini panjang, jam 7 pagi-an matahari udah terbit dan gelap lagi jam 9 malam jadi beneran gak berasa malamnya dan toko disekitar juga buka sampai malam kayak toko minuman gitu kata mbaknya buka sampai jam 12.30 malam midnight aslek. 

Untuk Lhasa sendiri lebih banyak yang dikunjungi adalah monestary dan Potala palace yang terkenal itu. Mayoritas Tibetan adalah Buddhis dan kalau mereka sendiri menganggap Budha bukan agama tapi ajaran untuk kehidupan. 

Makanan khas Tibet adalah : 

  1. Butter Tea 酥油茶 — garam, butter, dan teh di campur, teh-nya tawar dan cair banget tapi kalau Tibetan minum ini biar sisa butter-nya melembabkan bibir juga
  2. Sweet Tea 甜茶 — nah ini lebih mirip milk tea campuran susu, teh, dan gula diminum panas, intinya di Tibet minuman khas-nya semua panas karena disini cuaca cenderung dingin kali ya 
  3. Tsampa 糌粑(zanba) — ini campuran dari tepung barley + butter tea lalu di aduk sampai jadi adonan bisa juga ditambah gula biar ada manis - manis-nya or dry cheese, tapi aku pas cobain sih gak cocok ya kayak makan adonan mentah haha, nah ini common banget buat Tibetan macam breakfast mereka gitu  
  4. Anything related with yak — daging yang common disini adalah daging yak, taste wise lebih dry & keras dari sapi hemmm 好柴的肉肉

Katanya 10 tahun yang lalu Lhasa itu kalau udah jam 3 sore gak ada yang bisa pakai tshirt aja karena langsung dingin jadi perbedaan suhu-nya besar tapi sejak global warming jadi lebih manusiawi suhu-nya hmm jadi bingung harus seneng tapi ini karena global warming hemmm

Sebenarnya Tibet itu lumayan multi-cultural, banyak makanan chinese 內陸terutama 四川karena banyak orang sichuan yang merantau ke Tibet katanya, lalu ada indian or nepali food juga, tapi aku lebih banyak cobain makanan Tibet or chinese food-nya sih. 

Itinerary tiap harinya pun untuk hari 1 & 2 gak padat tapi lumayan full dan juga kan masih adaptasi sama altitude ya jadi kalau terlalu padat yang ada badan ini gak sanggup hehe. Well, lets start to explore Lhasa! 

Drepung Monastary 哲蚌寺

Apa bedanya monastary & temple, bedanya adalah monastary tempat dimana monk sekolah tentang Buddhis tapi kalau temple cuman untuk tempat orang datang sembahyang udah pulang. Nah Drepung Monastary adalah salah 1 dari 3 great three Gelug University dan merupakan monastary terbesar di Tibet. Jarak dari kota Lhasa sekitar 5 km terletak di Gambo Utse Mountain. 

Founded in 1416 dan penah sampai 10,000 monks in total menempati Drepung Monastary ini kalau sekarang sisa 600-an monks aja. Indah banget sih pas kesini karena kayak di bukit lalu suasana-nya hening dan tenang tapi katanya rame kalo di acara - acara besar Tibet. 

hal yang paling aku suka di Tibet adalah sejauh mata memandang pasti gunung love bgt


Kebanyakan monastary di Tibet itu gak boleh foto dalamnya jadi emang beneran waktu untuk menikmati indahnya budaya dan keseharian para monk. Kayak kalian bisa liat warlok yang kesini akan sembayang itu dengan menyentuhkan forehead (jidad)-nya ke bagian sakral monestary seperti di bagian altar, pintu, atau di bendera - bendera katanya mereka percaya setiap bagian monestary itu ada energy positif-nya jadi mau menerima energy itu dengan cara tempelin jidad.




Disini kalian juga bisa liat ada monk yang duduk di pojokan dengan uang kecil lalu warlok tukerin uang ke mereka, tujuannya adalah uang kecil itu bisa diselipin ke masing - masing bagian monestary kayak persembahan gitu.

Juga ada yang bawa - bawa termos, isinya wax cair, gunanya buat nambahin minyak di lilin biar lilin-nya tetap terjaga. Katanya dulu pada pakai butter dari dri (female version of yak, banyak yang salah kaprah, kalo yak itu sebutan untuk jantan, kalo dri untuk betina tapi karena lebih terkenal nama yak dan pada ga harfiah sama nama dri kalo ditulis dri nanti orang bingung jadilah dibuat yak butter) —- nah kenapa sekarang pakai wax dari India karena semakin banyak demand tapi dri gak sebanyak itu dan mahal juga jadilah dipakai substitute yaitu wax. Kenapa cair, karena gampang di tuang dikit - dikit ada juga sih yang masih solid kayak mentega gitu jadi butuh sendok buat taro di bawah lilin-nya.  




Di dalam monestary itu selalu ada aula dan Dalai Lama throne, jadi aula itu selalu ada tempat duduk yang lebih tinggi which is throne-nya Dalai Lama dimana dia sebagai guru akan mengajar disana. Nah kenapa Drepung Monestary terkenal karena dulu sebelum ada Potala Palace, ini adalah tempat dimana Dalai Lama stay. 

Tipikal tangga di monestary harus mengerahkan tangan dan kaki untuk naik agar aman :)

Drepung ini luas banget ada dormitory para monks juga kitchen. Nah kita ke bagian kitchen-nya itu kalo liat alat masak-nya semua bagong - bagong karena dulu masak untuk 10rebu monks nah sekarang hanya 600 monks aja dan cuman disediakan untuk breakfast, untuk lunch & dinner masing - masing monks akan masuk ke dorm-nya untuk prepare sendiri. 







Monk disini di support dari perkumpulan monks Tibet jadi dana-nya ada dari uang tour yang para tourist bayar sebagian buat para monk, dari sumbangan sukarela, dan dari monestary. 

Tapi emang selama ke monestary di Tibet gak ada yang mewajibkan untuk persembahan karena katanya dalam culture Tibet hati lebih penting jadi kalau emang ada kemampuan untuk nyumbang boleh, gak juga gak apa. 


Disini kalau lagi Sho Dun Festival or disebut Youghurt Festival bakalan ramai banget dari subuh dan ada tangka paint yang akan dipajang sebesar gaban, biasanya di 30 Jun - 15 Jul dalam kalendar lunar. 

itu tempat tanka paint-nya

Kalau kesini pas lunch time kalian bisa makan di kantin-nya juga, lumayan local vibes dan cozy buat ngobs karena uda cape naik turun tangga. 

yang di thermos itu milk tea-nya 甜茶 RMB 5 per termos kecil itu dan minumnya pake gelas mini

Kalo local suka duduk di luar sini terus cuman minum teh aja

Ini beberapa personal items yang aku rekomen wajib dibawa pas ke Tibet : 

  • Sunscreen face & body : matahari terik banget booo dan karena high altitude UV lebih tajam ya keknya
  • Lotion : karena kering disini jadi kulit pun kering
  • Lip balm : cuaca kering bibir kering 
  • Sunglases : aku sendiri emang biasa pake dan pas disini walaupun gak berasa hawa panasnya tapi asal udah terik kalau liat terik tanpa sunglases mata langsung perih 
  • Payung : Antisipasi hujan biar gak sakit kehujanan
  • Air minum (bawa botol minum) : Keep hydrated 
  • Topi sih opsional karena aku juga gak pake karena kalo mau masuk ke dalam monestary harus lepas jadi agak ribet menurutku


Sera Monestary 色拉寺

Nah selesai dari Drepung kita ke Sera, kalau Sera ini menurutku lebih banyak gambaran tentang cerita kehidupan kayak ada lukisan tentang nirwana yang diceritakan kalau manusia itu banyak keinginan duniawi-nya maka ada ajaran tentang hukum karma dan sebagainya. 


Sera Monestary founded by Jamchen Choje Shakya Yesh di tahun 1419 yang adalah pengikut aliran Tsongkhapa. Disini ada 1 aula serbaguna yang besar, 3 colleges, dan 33 bangunan rumah. Total luasnya 114,964 meter persegi dan merupakan monestary terbesar kedua di Tibet setelah Drepung


my fav pic of the trip. suka banget sama segala perpaduan di foto ini kayak tenang damai dan gunungnya tuh kayak uwaw

ini tiang di gantung buntut yak, juga bawahnya ada selendang yang orang - orang gantung

Kalau menurut Buddhis, Buddha itu bukan agama sebenarnya tapi ajaran tentang kehidupan gimana biar gak duniawi, apa yang mereka pelajari yaitu hidup untuk kehidupan selanjutnya jadi kalau di kehidupan sekarang berbuat baik maka akan mendatangkan karma baik di kehidupan.

Yang spesial di Sera Monestary adalah Debate Monk 辯經 yang pasti kalau ikutin cerita Tibet udah tau ini apa cuman gatau mereka ngapain. Well, jadi ini adalah aktivitas sore para monk, dari yang muda sampai yang tua, apa yang mereka lakukan? Yaitu berdebat tentang pengetahuan masing - masing, yang duduk itu yang harus menjawab, yang berdiri yang memberikan pertanyaan. 

Kenapa debate? Karena kita harus selalu memastikan apa yang kita pikir benar itu sebeneranya benar gak jadi untuk menambah ilmu dan pengetahuan mereka bertukar pikiran disini. Yang kasih pertanyaan biasanya yang muda karena mereka haus akan ilmu, yang senior yang akan menjawab. 

Jadi yang kasi pertanyaan akan sebutin pertanyaan dia, ketika dia tepok kedua tangannya dengan salah satu telapak tangan terbuka di atas telapak tangan satunya berarti —> ayo jawab pertanyaan ini.

Kalau udah di jawab dan yang nanya tepok tangannya dengan salah satu telapak tangan tertutup di atas telapak tangan satunya berarti —> jawabannya kurang memuaskan, elaborate lagi 

Kalau jawaban-nya bagus makan yang nanya akan ngomong by verbal.

Seru ya, mungkin mengingatkan kita untuk gak selalu apa yang kita ngerti itu benar, butuh bertukar pikiran terus biar kita semakin tau banyak wawasan dan pikiran dari sudut pandang berbeda juga. 

Untuk bagian yang Debate Monk ini boleh difoto makanya aku ada banyak pic yang kusendiri suka tapi untuk bagian bangunan lain dalamnya itu gak boleh di foto. 












Kalau ke monastary gini paling suka juga liat walok yang datang untuk beribadah kayak hebat banget deh bisa se-sincere itu dan mereka juga baik - baik bisa senyum ke kita dan juga monk dari monastary lain yang kesini.



Walau cuman 2 monastary ya, percaya deh kayak udah lelah gitu pengen yang nyantai karena mungkin disini kurang oksigen jadi gampang ngos-ngos-an dan di monastary itu isinya tangga yang almost 90 derajat terus juga terik banget. 

Kalau warlok mungkin udah biasa karena faktor genetik dan juga semakin badan beradaptasi sama keadaan lingkungan semakin biasa aja tapi karena ini baru hari ke-2 di Tibet jadi masih berasa cape-nya. Lanjut di post selanjutnya kita akan explore Potala Palace, Jokhang Temple, dan Barkhor Street soalnya kalo digabung sini jadi kek panjang banget post-nya jadi kupisah aja. Beneran sih cerita Tibet gak bisa pendek karena terlalu banyak yang  bisa dishare haha. 





Saturday, June 22, 2024

What to Prepare for Summer in Tibet

Holaaa I’m coming back after a great adventure in Tibetttt. Yes, you hear it right, I just unlocked one of my bucket list : Tibet! I will write in Bahasa since when I collect some of the information before I went, its so limited for asian and most of them is already in english for western. If you wonder what I’m writing also you can do the translation. Much thanks before for your interest. 

Posting pertama tentang Tibet ini akan dibagi jadi : 

  • Intro tentang Tibet kenapa bisa jadi destinasi di bucket list aku for years 
  • Apa yang harus di prepare dari segi dokumen & perjalanan etc 
  • Apa yang harus di prepare dari segi fisik 


Kenapa Tibet?

Jadi, Tibet itu udah masuk dalam bucket list aku sejak lama, dulu pertama kali denger nama Tibet pas masih sekolah ada classmate bilang cicinya abis jalan - jalan ke Tibet dan disana mulai penasaran. Seiring berjalan-nya waktu makin suka sama Tibet karena penasaran secara Tibet itu bukan tempat yang bisa dikunjungi kapanpun kamu mau (kenapa-nya lanjut di bawah ya). 

Yang menarik perhatian itu adalah culture Tibet yang khas dan unik dari segi budaya & alam-nya. 

Jadi dimanakah Tibet dan kenapa bisa masuk bucket list-ku? Tibet adalah bagian dari Mainland China, luasnya udah mencakup 1/8 dari luas China itself, Tibet Autonomous Region 西藏自治區. Ibukotanya adalah Lhasa 拉薩. 

Apa yang spesial dari Tibet? Dengan julukan roof of the world 世界之脊, udah tau dong kalo Tibet itu kota tertinggi di dunia dengan altitude ibukota Lhasa sendiri 3,656mdpl. Kalau coba di bandingin sama kota lain seperti Jakarta yang 8mdpl, Puncak Pass yang 1500mdpl di tertingginya, Dieng Plateau di 2,581 mdpl nah kebayang gak kalau ibukota-nya sendiri si Lhasa aja udah 3ribuan mdpl, ini belum bagian gunungnya ya yang bisa mencapai 5ribuan mdpl. 

aslinya lebih cantik lagiii

Jadi yang spesial di Tibet adalah : 

  1. Karena high altitude jadi oksigen-nya lebih dikit dan menandakan adanya kemungkinan altitude sickness 高反/高山症
  2. Adat culture-nya kental jadi harus mematuhi budaya setempat (do & donts) --- avoid politics matters 
  3. Airport Lhasa cuman ada flight domestik dari kota China itself, gak ada direct international flight juga even international flight kamu dalam 1 tiket yang ada transit di kota lain di China gak bisa print out boarding pass-nya di Lhasa harus ke kota tersebut untuk print out --- Oh iya, Gongga Airport Lhasa ini barengan sama airport militer jadi ada bagian - bagian yang gak boleh di foto ya, dan selama flight ke dan dari Lhasa akan ada air police yang ikut dalam flight
  4. Untuk foreigner (selain paspor China) gak bisa jalan - jalan sendiri di Tibet, perlu local guide dan gak bole berkeliaran sendiri. Ketat ceu! 

Well sampai disini berasa kan kenapa pengen banget ke Tibet dan ternyata gak segampang itu ke Tibet jadi beneran aku penasaran dan excited. 西藏不是一個有錢想去就能去的地方 --- its not a place yang asal punya uang bisa travel to, so its really an experience! 

Apa yang harus di prepare dari segi dokumen & perjalanan? 

Dokumen yang harus di prepare sebelum ke Tibet : 

  1. Visa China --- karena Tibet adalah bagian dari Mainland China jadi harus punya visa China yang aktif sesuai periode perjalanan 
  2. Tibet Permit --- nah ini cuman bisa di apply dari tour provider. Kalau masuk ke Tibet pakai kereta bisa print warna aja permit-nya, kalau masuk ke Tibet by domestic flight mesti bawa Tibet Permit yang asli
  3. Kalau visa China kamu bukan visa turis, misalnya business atau lainnya akan ada dokumen tambahan yang diperlukan waktu apply Tibet Permit, bisa consult ke tour provider
Tibet permit-nya kek gini yang asli harus dibawa dan dikasi ke guide begitu tiba di Lhasa

Step by step-nya gini : 
  1. Pastiin visa China kamu valid 
  2. Book local tour karena yang aku sebut di atas kalau gak bisa masuk Tibet as foreginer tanpa tour jadi harus ikut tour
    1. Tour rombongan dari kota asal kayak Jakarta (lately suka liat iklan di IG) --- aku gak ikut ini karena waktunya gak pas dan kalau rombongan dari Indo lebih ke traveling or itinerary shopping tapi plus-nya gak usa pusing apalagi yang gak bisa mandarin 
    2. Tour local di Tibet --- ini yang aku pilih karena di rekomen temen juga aku ikut Tibet Vista (www.tibettravel.org), yang ikut most-likely emang traveller yang udah melalang buana jadi beneran untuk explore local Tibet which I like it so much --- yang gak pake shopping maunya belajar mendalam like local. Kebanyakan juga yang ikut solo traveler jadi gak akan chaos dan se-frekuensi karena satu tujuan 
  3. Aku lanjut dari point 2.2 di atas ya karena aku book tour local. Setelah book dan confirm tanggal dan itinerary lalu bayar DP sebesar 30% dari total biaya tour. 
  4. Setelah bayar DP kumpulin dokumen yang diperlukan ke tour advisor dan akan di proses Tibet Permit kira - kira 20 hari sebelum tanggal trip mulai jadi gak bisa dadakan ke Tibet ya. 
  5. Setelah permit keluar akan di info, lalu karena masuk Lhasa dengan domestic flight berarti aku akan stay di salah 1 kota di China dan book hotel dan permit asli akan di kirim ke alamat hotel tersebut jadi pas sampai kamu bisa langsung ambil permit di hotel. 
  6. Sisa tour fee akan di bayar ketika kamu sampai di Tibet 

Pakai bahasa apa tournya? Inggris mandarin ya, karena orang Tibet asli sekolah-pun pakai mandarin dan guide pasti bisa inggris. 

Gimana cara book tour-nya? Sebenernya ada beberapa tour provider tapi aku pilih Tibet Vista karena direkomen yang udah pernah join juga what a coincidence gak sih. Lagi hangout sama temen, lalu cerita pengen ke Tibet eh dia ada kenalan yang baru solo trip ke Tibet langsung deh minta info haha. Jadi aku follow aja karena males kalo pake tipu menipu belum ada yang rekomen, kalo untuk harga rata - rata sama aja sih walau beda tour provider. Tinggal contact nanti akan chat by Whatsapp, Wechat, email ya apapunlah itu dan orangnya responsive jadi aku suka hehe. 

Jangan takut untuk daftar sendiri karena as I said mostly itu solo traveler dari berbagai negara dan juga kalau kamu gak mau share room sama orang lain tinggal bayar single supplement USD1xx aja worth-it sih menurut-ku bisa enjoy Tibet with healing also enak banget. Semua yang solo di group aku semuanya single supplement. 

Apa yang harus di prepare dari segi fisik? 

Tibet sendiri cuaca-nya condong ke dingin ya karena high altitude kan ya. Kenapa aku pilih bulan Juni perginya selain karena emang ada waktunya bulan Juni, ini summer-nya Tibet, udah masuk ke akan high season, kenapa, karena summer itu oksigen-nya lebih banyak dan cuaca mendukung. Pagi dingin, siang terik, malam dingin, midnight ke subuh potensi hujan. 

Jadi pas bobo ujan deh, pas bangun mau explore udah nggak haha. 

Tibet itu kering ya, jadi bawa deh sejenis lip balm, hand cream, moisturizer, hand body --- dan juga terik karena deket ke matahari kan haha, jadi bawa UV. Terik bukan panas ya, cuacanya agak adem dingin jadi kalau kesini summer harus bawa baju-nya layer-ing. Dalam kaos, luar jaket tipis, dan jaket tebel karena harus pakai dan lepas sesuai cuaca jam tersebut. 

Untuk altitude sickness sendiri adalah kondisi fisik dimana seketika oksigen yang di hirup lebih dikit dari biasanya, jadi tubuh kita beradaptasi dengan caranya karena kekurangan oksigen, ada yang sakit kepala, napas jadi pendek, detak jantung berdebar cepat, mual, sesak napas. Susah diprediksi kamu akan kena altitude sickness atau gak, karena ini tergantung fisik masing - masing gak relate sama umur gender atau kesehatan. 

Ada yang bilang kalau yang suka alcohol lebih gampang kena tapi aku ketemu orang yang suka alcohol gak ada reaksi apa - apa. Ada yang bilang sebelum pergi gak boleh olahraga keras karena makin fit tubuh makin perlu oksigen banyak. Jadi sebenernya gak bisa di prediksi sebelum kamu sampai disana dan gak bisa di avoid juga. 

Ada yang altitude sickness selama 2 hari pertama ada yang 5 hari, ya intinya pada akhirnya tubuh kamu akan beradaptasi dengan lingkungan sekitar tergantung lama-nya aja. 

Nah buat menanggulangi altitude sickness gimana, ada beberapa based on gugling & experience-ku :

  1. Badan kita harus keep hydrated & warm --- gak boleh kedinginan harus banyak minum dan kencing 
  2. Atur napas pelan - pelan, jadi tarik napasnya dalam dan buang pakai mulut. Kalau jalan gak boleh cepet - cepet intinya gak boleh ngos-ngos-an karena gampang ngos-ngos-an secara oksigen udah gak cukup eh masih ngos-ngos-an mateng kan tuh 
  3. Untuk obat sendiri selain obat yang disediakan buat gejala kek sakit kepala dkk, kalo aku bawa panadol karena kemarin 2 hari pertama agak fever, bawa pain killer, vitamin C, obat diare (ada yang kena diare juga di group kemaren)
  4. Nah obat yang perlu dibawa lainnya adalah Diamox. Jadi ini obat untuk altitude sickness yang sebenernya adalah obat untuk penderita penyakit glaukoma.  Cara kerjanya dia akan bikin kita haus dan kencing terus jadi tekanan dalam badan kayak di turunin, nah tapi ada efeknya kayak tangan jadi kesemutan something 
    • Ada yang bilang di minum 24 jam sebelum tiba di Tibet 
    • Kalau kemarin ada yang minum katanya jadi harus minum terus tiap hari 
    • Aku sendiri bawa tapi gak minum karena gejala aku gak terlalu ada, cuman agak fever di 2 hari pertama jadi aku minum panadol dan sisanya laper aja gitu (laper keknya bukan gejala sih haha)
    • Karena aku berasa kalau minum sekali itu bikin badan jadi reliable sama obat jadi aku gak minum obat cuman kayak makan manis (bawa permen or cokelat) dan napas aja pelan - pelan gak terlalu banyak aktivitas 
  5. Ada juga yang akan nawarin obat herbal china Hong Jing Tian 紅景天 tapi aku gak coba sih ya soalnya katanya ini lama juga kayak butuh 3 hari dan di banyak orang gak ngefek jadi yaudah deh ya hehe. 
  6. Kalau emang butuh di mobil selama perjalanan disediain oksigen kaleng (check with your tour ya) 
  7. Kalau tidur bisa tiba - tiba gak bisa napas gak nanti fatal? Nggak, jadi dia itu cuman akan bereaksi kalau lagi awake, kemarin di hari pertama itu aku cuman jantung berdebar cepat dan agak demam lalu minum panadol, bangun - bangun udah gak kenapa2. 
  8. Katanya hari pertama sampai jangan mandi & keramas, aku ikutin sih walau gak betah dan it works, tapi ada yang keramas langsung sakit kepala di hari ke-2 --- ya mungkin mitos haha
Hari ke-2 rambut kita se-group minyakan akibat si mitos gak boleh keramas tapi aku mandi di hari ke-2 pagi karena gak betah haha


Tips tentang flight

Jadi untuk apply Tibet permit itself kamu harus provide akan masuk Lhasa dari kota mana nah ini kota-nya gak boleh berubah karena nanti akan ada info-nya di permit tersebut berarti kurleb 20 hari sebelum trip harus beli flight dong ya. 

Nah flight dari dan ke Lhasa itu suka cancel, kisah nyata-nya langsung aja experience-ku berikut yang akhirnya memiliki 6 boarding pass hanya untuk Tibet trip kali ini haha 

1. Tiket pergi pertama beli KUL - CKG (Chongqing) - Lhasa —> Xiamen Air, transit di Chongqing around 10 jam, nyampe malem paginya lanjut ke Lhasa 

2. Tiket pulang beli Lhasa - Chengdu - Jakarta —> Air China, transit di Chengdu 3 jam aja — perfecto 

3. Lalu setelah Tibet permit udah otw process eh si Xiamen Air tiba - tiba cancel flight CGK - Lhasa nah karena itu dalam 1 tiket belinya yg tiket pertama jadi di cancel aja langsung sama doi dan cuman bisa ganti ke 2 hari setelahnya which is gak keburu karena udah mulai trip Lhasa dan udah beli tiket pulang juga 

4. Akhirnya dengan kezal ku harus mencari tiket yang Chongqing - Lhasa mau gak mau karena harus masuk dari Chongqing 

5. Tiket pergi kedua akhirnya dapet Xiamen Air lagi CGK - Xiamen - Chongqing, transit di Xiamen 9 jam mager banget tapi mau gak mau karena cuman route ini yang ke Chongqing yang schedule-nya sesuai, udah males sebenernya karena nyampe Chongqing jam 12 malam walau udah pesen hotel yang ada airport transfer dan sebenernya trauma apakah Xiamen Air akan cancel lagi 

6. Oke tibalah hari-nya ternyata tiket pergi kedua mulus dan bagasi langsung sampe Chongqing jadi udah dapet nih boarding pass 2 biji kan connecting flight, eh lalu baru sampe Xiamen belum keluar pesawat aku di panggil flight attendant karena Xiamen - Chongqing ku di cancel ulala 

7. Jam 1 siang itu baru mendarat di Xiamen, di kasi opsi flight ke Chongqing jam 2.30 atau jam 4 sore yaudah aku oke aja lah pokoknya harus sampe Chongqing gak boleh lewat hari itu deh. Eh tapi bagasi-ku kan di buatnya direct ke Chongqing jadi sekarang harus keluarin bagasi dulu, yaampun abangnya sampe tepok jidad, ya gue kali yang harus tepok jidad udah di cancel ke-2 

8. Dan taraaaa flight 2.30 itu delay jadi aku keburu masuk dan aku masuk aja while bagasi-nya di belakang dia yang urusin dan nyampe Chongqing tanpa luggage tag, udah kursi terakhir duduk di tengah grandpa dan susuk berbody besar yaudh pokoknya sampe Chongqing 

9. Sekarang lompat ke tiket pulang, di pagi itu tour akan send ke airport tapi ternyata agak mepet karena dia jemput di 2 hotel lagi, eh tapi Lhasa - Chengdu delay jadi aman — masih tenang nih

10. Pas sampai mau check-in baru di bilang di Lhasa gak bisa print out boarding pass international flight dan bagasi-nya cuman bisa sampe Chengdu jadi sampe Chengdu harus keluar dan masuk lagi dan karena delay lama sisa waktu di Chengdu cuman 1,5 jam sampai departure time, bukan boarding time ya 

11. Dari pesawat udah bilang flight attendant dibantu untuk lewat late passenger dibilang iya, eh pas nyampe Chengdu dibilang gak bisa kalo international flight gubrak

12. Nungguin bagasi dan lari pindah terminal lalu aku tiba di counter check-in 30 menit sebelum departure dan udah ditutup bagasi-nya dengan kekuatan bulan dan doa si soleha akhirnya bagasi aku dimasukin dan aku nyerobot semua antrean sampe lah di gate dan bagasi-ku berhasil masuk pesawat 

Gelaseh pulang pergi banyak cerita, tapi aku salut sama Xiamen Air yang menurutku bertanggung jawab sampai tukeran wechat karena aku masuk checkin tanpa luggage tag dan dia urusin bagasi-ku di belakang modal foto koper aja. Kalo Air China agak ga bertanggung jawab ya dia yang delay (ya delay karena cuaca si) tapi kayak ga membantu gitu loh. 

Anyway seru kalo kilas balik gini tapi saat itu yaampun, tapi aku jadi di remind something : 屬於你的永遠是你的 沒人能強,不屬於你的再怎麼強也搶不過來。Keren gak sih aku yang baru di cancel flight eh udah gak keburu next flight malah flightnya yang delay dan aku masuk ke ruang tunggu lewatin security check itu udah lewat dari boarding time original-nya hahaha. Sampe aku bikin becandaan sama temen 飛機不等人但飛機等我 flight itu gak nunggu orang tapi dia nungguin gue hahaah. 

Belum nyampe Tibet aja udah seru kan perjalanan kali ini hahaha