Another walking tour route unlocked! Rute Cina Benteng Tangerang kali ini yeay! Ini rute udah lama banget pengen ikut, berawal dari Tangerang itu deket sama rumahku dan akses-nya mudah lalu dulu pas kerja di Tangerang suka di ceritain tentang Cina Benteng dan akhirnya googling lalu ketemu banyak info dan ada Museum Benteng Heritage juga, jadi makin penasaran kan.
Nah beberapa waktu lalu di instagram ketemu content creator Cina Benteng dan ternyata doi buka walking tour, begitu balik Indo kali ini langsung daftar yeay! Boleh cek di ig : @bentengwalkingtour — baru ada 1 route tapi katanya mau ada route ke-2 kusiap menanti ❤️
Route pertama ini dimulai jam 8.30 pagi dari Stasiun Tangerang. Tau gak asal usul nama Tangerang? Jadi sebenarnya Tanggeran, atau tetengger yang berarti penanda, karena dulu ada tugu di tepi barat sungai Cisadane, nah disini ada benteng VOC yang dijaga oleh orang Makasar & Madura. Tapi karena tentara Makasar gak biasa menyebut huruf mati makanya dari Tanggeran jadi Tangerang. As simple as salah eja aja.
Jalan 10 menit dari stasiun kita sampai di Pasar Lama. Masih ada becak loh disini kalau ingin coba. Di depan pintu masuk pasar ada tugu tinggi yang ada jam-nya nah ini sebenernya udah di pugar sama yang empunya Alam Sutera group tapi emang jam ini dari dulu udah ada, namun dulu cuman tiang dalamnya aja gak ada bangunan luarnya.
Di belakang Pasar Lama masih keliatan rumah pecinan dan pribumi yang beda gang aja tapi bentuknya kontras. Disini ternyata masih banyak gang yang asri deh gak nyangka ini Tangerang.
Disini juga ada Masjid Jami Kalipasir, masjid tertua di kota Tangerang yang bangunannya mirip pagoda seperti gaya pecinan, dibangun dari 1416.
kemarin ada teman tuli jadi ada penerjemah bahasa isyaratnya gemes ya tournya |
Gak jauh dari masjid ada Toa Pek Kong Air, yaitu seperti dewa penjaga air. Disini masih bisa keliatan warlok yang mancing dan untuk umat Buddha yang mau 放生alias melepas makhluk hidup bisa sewa kapal kayu disini nanti di lepas di kali ini. Tapi sezuzurnya kali nya agak ga keurus ya karena banyak sampah. Padahal ini kali Cisadane yang dipakai untuk lomba dragon boat yang iconic itu.
Rumah Boerong jadi salah 1 bangunan yang unik juga jadi sebenernya di Tangerang sini masih banyak bangunan yang otentik tapi gak banyak yang masih menjaga bentuk aslinya dan di pugar ada yang udah di bangun jadi modern atau terbengkalai.
Rumah Boerong ini dikasih nama karena dulu disini suka ada burung wallet yang main disekitar sini nah kalo sekarang udah dibeli sama Udaya Halim which is owner dari Museum Benteng Heritage dan lagi gak dibuka untuk umum tapi kalau ada acara mau sewa bisa. Cantik banget sih rumah ini.
Pas di sebrangnya adalah rumah penerjemah cerita silat mandarin yang terkenal pada masanya yaitu Oey Kim Tiang OKT 1903 - 1995. Rumahnya ini masih milik pribadi setiap bulan tanggal 1 imlek dan 15 keluarganya masih mengunjungi kesini tapi kalau sekarang ya rumahnya kosong.
Lanjut lurus lagi ada rumah yang konon katanya rumah orkay pada masanya bisa diliat dari ukiran jendela yang tersisa dan keramik yang ada ukirannya.
Nah depannya itu kelenteng Boen Tek Bio 文德廟 yang terkenal dan sekarang udah jadi cagar budaya ini adalah kelenteng tertua di Tangerang. Ternyata ya Cina Benteng atau Ciben itu lebih kental adatnya, mereka masih beneran ikut adat leluhur banget dan banyak adat yang ternyata oh ternyata. Seperti kalau menikah kan wanita di kanan posisinya, ini juga kayak patung singa depan kelenteng, yang wanita pasti di kanan, sebenernya western juga gini tapi aku baru tau kalau di dunia jahit baju pun, kalau kemeja wanita itu kancingnya dari kanan ke kiri, kalo pria dari kiri ke kanan, jadi yang wanita kancing di kiri bolongan di kanan dan sebaliknya.
Di bagian dalamnya masih asri banget dan ada lagu - lagunya asik deh kebetulan pas ada yang pemberkatan juga hari itu.
Kalau udah kesini mampir deh ke Mie Joy, menurutku ini murce banget dengan menunya mie-nya mantul, pangsitnya berasa, dan bubur babi cuman 15rb coba. Terus vibesnya jadul banget dengan lagu yang udah super jadul juga.
Di bagian depan kelenteng juga banyak jajanan kayak sate babi, es doger, jajanan pasar juga.
Gak jauh dari kelenteng ada Museum Benteng Heritage. Museum yang ada di dalam pasar dan salah satu museum yang dari dulu pengen di datengin. Jadi sebenernya ini adalah rumah 3 bangunan jadi 1. Nah yang udah dilepas dan dibeli oleh Pak Udaya Halim bagian tengah dan kanan aja, yang kiri masih milik pribadi makanya gak bisa diakui UNESCO padahal ini masih bangunan asli.
Konon ceritanya waktu kecil Pak Udaya Halim tinggal di daerah sini dan suka main ke rumah ini, dalamnya tuh vintage banget. Lalu beliau pindah ke Aussie puluhan tahun dan balik lagi eh rumahnya udah gak keurus, lalu beliau beli dan diberi ijin katanya gak mudah kalau mau beli bangunan sejarah gini ada harus ijin dulu dan seng pue 擲杯, sebelumnya udah ada yang mau beli dan dijadikan toko eh gak dapet akhirnya sekarang dijadikan museum.
Ada 2 lantai bangunan, untuk masuk ke dalam entrance fee IDR 30k nanti akan dibawa sama petugasnya dan diceritain, tapi gak bisa foto di dalamnya jadi cukup memotret dengan mata kepala sendiri karena bagus banget dalamnya.
Contohnya di dalam bagian tengah di lantai 2 ada sunroof yang tadinya bolong, nah skylight ini sekelilingnya ada ukiran ternyata itu adalah batu sebesar lubang tersebut yang tengahnya di bolongin lalu pinggirnya di hias pakai keramik sumpah bagus banget.
Lalu ternyata aku baru tau kalau orang jaman dulu pintunya cuman bisa dikunci dari dalam aja makanya harus ada 1 orang di rumah untuk buka pintu dan ada trik nguncinya jadi maling pun gak tau gimana bukanya dan beda - beda setiap rumah. Lucu banget kan. Overall aku suka banget dan worth untuk bayar IDR 30k karena ku yakin maintenance fee rumah ini gak balik modal tapi beneran untuk melestarikan budaya.
Oh iya sampai sini kalian tau gak sih kenapa disebut Cina Benteng? Jadi jaman dulu banyak benteng yang mengelilingi daerah ini dan terjadilah perkawinan antar pribumi dan tentara China atau orang China yang bekerja di bawah tentara Belanda, nah jadilah disebut Cina Benteng. Kalau sekarang mungkin kelihatannya seperti pribumi karena warna kulitnya lebih gelap tapi mereka masih melestarikan budaya leluhur yang kental. Nah ada 2 versi ciben, yang datang ke Tangerang di abad 15 datang dengan bekal pas-pas-an dan naik kapal pas-pas-an juga mereka ini tinggal lebih di desa, lalu yang datang di abad 18 adalah mereka yang di bekali oleh Kaisar Dinasti Qing pada masanya yang boleh datang asal tetap berbakti dengan Dinasti Qing, yang ini lebih sejahtera hidupnya.
Sampai disini gimana menarik kan, aku gak sabar untuk ikutan cerita sejarah Tangerang selanjutnya lagi.