Akhirnya @jktgoodguide release lagi route Sunda Kelapa yang pagi dan akupun langsung daftar. Well, Sunda Kelapa itu salah satu route yang aku incer tapi karena adanya sore males karena takut pulang-nya kemaleman dan susah transport-nya gak deket sama Transjakarta or KRL. Jadi begitu ada yang pagi langsung cuss!
Ini walking tour aku yang ke-8 bareng JGG dan ternyata Sunda Kelapa itu deket sama Kota Tua wahahaha baru tau karena di otakku Sunda Kelapa itu deketnya sama Tanjung Priok. Ternyata gak susah - susah amet kesini bisa ke Transjakarta Museum Sejarah or KRL Stasiun Kota lalu naik ojek aja palingan 10 menit udah sampai.
Pas kesini ternyata ada komunitas fotografi lain juga yang lagi walking tour rame deh padahal hari Minggu. Dan untungnya karena Minggu jadi aktivitas pelabuhan angkut muat barang-nya gak ada jadi berasa lebih aman naik gojek kalo gak container semua terus naik motor agak serem ya.
Siapin alat - alat penangkal UV deh karena disini panas beut mungkin karena pesisir juga kan, ada angin sih tapi terik dan juga sebenarnya jalan kaki yang route ini gak jauh, keknya yang paling pendek dibanding rute yang pernah aku ikutin sebelumnya.
Apa asal usul nama Sunda Kelapa? Hayooo. Sunda itu karena dulu ada Kerajaan Sunda, dan kelapa karena dulu banyak pohon kelapa disini.
Kalo dimulai dari sejarah Jakarta yang udah ada dari tahun 1527 sebenernya dulu pusat kota adanya di Bogor, nah pelabuhan paling dekat yang jadi pusat utama pelabuhan saat itu adalah Sunda Kelapa ini. Disini banyak kapal besar dari China, Jepang, India yang membawa porselen, kopi, kain sutera yang akan ditukar dengan rempah - rempah.
Konon biaya untuk bangun kapal pinisi begini bisa 2M belum mesin apalagi kalo masi cara traditional banyak tradisi ini itu nya :) |
Sunda Kelapa dulu bernama Sunda Pura di abad ke-5 jaman Tarumanegara, pesisir-nya mencapai 2km dan karena dianggap kurang aman, untuk membangun benteng maka Kerajaan Sunda melakukan perjanjian dengan Portugis di 1522 untuk bangun benteng dan dibayar dengan 1,000 kantong lada, tapi Portugis malah pergi membangun goa di India dan gak jadi dibangun deh benteng-nya, bener aja di 1527 tahun terjadi perang yang dipimpin oleh Pangeran Jayakarta (Fatahilah) dari Kerajaan Demak dan hasilnya Kerajaan Sunda kalah. Disini lah Jakarta bernama Jayakarta. Setelah itu Jayakarta sempat ganti nama ke Batavia dan Jacattra baru terakhir berganti nama ke Jakarta. Mungkin karena ini juga jadi suka dibilang ulang tahun Jakara di 22 Juni 1527.
Dimana batas wilayah Sunda Kelapa atau Batavia, yaitu di Sunda Kelapa sampai Kota Tua (kalau dengan area sekarang) jadi sekecil itu aja sebenernya.
Nah apakah sekarang area Sunda Kelapa ini masih aktif, jawabannya masih tapi cuman kapal kecil aja karena mengalami pendangkalan jadi kapal besar udah gak bisa masuk, untuk kapal besar dialihkan ke Tanjung Priok.
Berasa Jakarta-nya gak hehe |
Di Sunda Kelapa uda gak ada kapal yang muatan container jadi kapal kecil disini cuman isi barang yang dikeluarin dari container ke dalam kapal tanpa si countainer-nya |
Nah pada saat Sunda Kelapa lagi hits si JP Coon minta ijin ke Jayakarta untuk bangun gudang di deket pelabuhan eh udah di ijinin malah disalah gunakan jadi monopoli perdagangan.
Di bagian depan ada Museum Bahari yang dulu tempatnya untuk pembayaran admin kapal dan bagian menara pantau di bawahnyanya ada penjara untuk yang gak bayar admin tapi bukan penjara eksekusi lebih ke sanksi penjara 2 bulan lalu di lepaskan karena gak bayar admin.
Sayangnya si menara pantau udah gak bisa di naikin lagi karena udah jadi menara pisa aka udah miring 3 derajat karena penurunan tanah. Karena alasan keselamatan jadi sekarang udah di tutup untuk umum.
Ini dia penampakan Menara Syahbandar yang udah miring 3 derajat itu |
Bangunan utama Museum Bahari pun unik karena dia dibangun per tahap, jadi kalo liat ada tembok besar yang keliatan dari genteng itu karena bangun-nya gak sekaligus dan salah satu kegunaannya juga kalo kebakaran misalnya gak nyerembet langsung whole bangunan jadi ada sekatnya.
Di pintu - pintu yang ada tahunnya itu artinya tahun pembangunan-nya dan dulu semakin besar pintu maka semakin besar pajak-nya.
Kalo ke area sini berasanya bersih banget karena jalanan dan trotoar-nya baru di pugar dan rapih tapi sayangnya beberapa barang malah dirusak seperti besi penutup got, plang petunjuk bangunan, aneh ya dicuri buat apa tapi ya itu nyatanya miris.
Dulu disini banyak bangunan liar dan akhirnya di tertibkan di zaman Gubernur Ahok dan dibangun Rusun Akuarium. Unik deh bentuknya dan masih bagus untuk ukuran rusun yang uda bertahun - tahun. Ini tempat tinggal buat warga bantaran sungai yang digusur.
Disini juga ada Pasar Hexagon nah ini ada ceritanya. Jadi dulu pas Bung Karno di asingkan ke Bengkulu setelah bertahun - tahun akhirnya dia pulang ke Jakarta tempat pertama dia menginjakkan kaki di Jakarta adalah Pasar Ikan yang besar ini. Dulu disini tempat lelang ikan untuk partai besar. Walau tempatnya ga proper tapi jadi kesan sendiri karena hari yang diimpikan Bung Karno tiba yaitu pulang ke Jakarta.
Nah kalau untuk pasar ecerannya ada di sebelahnya yaitu Pasar Hexagon ini, namanya kenapa Hexagon karena bentuknya kalo dari atas ada 4 hexagon tapi sekarang belum beroperasi setelah di pugar.
Terakhir kita nyebrang dari Museum Bahari ada VOC Galungan nah dulu disini tempat untuk benerin kapal kayak bengkel kapal gitu lalu di belakangnya juga ada tempat untuk bikin jangkar dan rantai tapi karena korupsi VOC bangkrut dan udah gak beroperasi lagi deh. Pas bangkrut kalo dihitung ke uang sekarang setara dengan 7,9 milyar USD kekayaannya tapi ya gitu deh terbengkalai.
Setelah itu gedung VOC ini dibeli oleh swasta dan dibangun cafe VOC (Very Old Cafe) tapi sekarang udah gak beroperasi lagi sejak pandemi, kalo buka lagi pengen deh coba.
Sekian perjalanan rute Sunda Kelapa sampai jumpa di cerita selanjutnya.
No comments:
Post a Comment
Leave comment down below :)